Triliunan Rupiah di Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang Tahun 1977 (Sumber Foto: https://satujam.com)

Pada 30 Agustus 1735, atau sekitar 283 tahun lalu, Pasar Tanah Abang atau Pasar Sabtu dan Pasar Senen (dahulu namanya Pasar Snees) dibangun oleh Yustinus Vinckseorang tuan tanah yang juga seorang arsitek. Pasar Tanah Abang atau Pasar Sabtu dibangun dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chastelein atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Izin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu.
Kini, Pasar Tanah Abang didapuk sebagai pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Tanah Abang adalah lahan bisnis. Bisnis di Tanah Abang mencakup antara lain perdagangan tekstil, pedagang kaki lima, jasa logistik dan pengiriman barang, sewa dan penjualan kios oleh pengembang, dan jasa parkir serta keamanan.

Pengunjung Pasar Tanah Abang Blok B pada Ramadhan 2018 (Sumber Foto: photo.sindonews.com)

Berdasarkan Laporan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan pada tahun 2015, tentang “Info Komoditi Pakaian Jadi”, Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara dengan omzet mencapai 400 milliar per hari, dilayani oleh 28 ribu pedagang dan dikunjungi oleh 73 juta orang per tahun. Pengunjung dan pedagang di pasar Tanah Abang bukan hanya berasal dari Indonesia saja, namun juga dari negara lain seperti Malaysia dan Nigeria (Bloomberg, 2013).
Di pasar ini pusat penjualan pakaian baik grosir maupun eceran. Selain menyediakan beraneka macam pakaian jadi, mulai dari pakaian untuk anak-anak sampai orang dewasa, juga menjual berbagai macam bahan baku (kain) untuk membuat pakaian.
Penjelasan dari pedagang di Pasar Tanah Abang, bahwa omzet penjualan cenderung meningkat selama menjelang puasa sampai dengan akhir lebaran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa bahwa budaya cukup berpengaruh terhadap pola pembelian produk pakaian jadi di Indonesia. Hal ini senada dengan Kotler & Amstrong, seorangan ahli manajemen pemasaran yang menjelaskan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Konsumsi pakaian di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen dan khususnya budaya.

Dalam laporan di tahun 2015 yang tercatat di Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan DKI Jakarta, Jumlah PKL Pasar Tanah Abang mencapai 1.170 orang. Jumlah PKL ini adalah yang ditempatkan di kios-kios milik PD Pasar Jaya khususnya di Blok G. PD Pasar Jaya adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melaksanakan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan area pasar, membina pedagang pasar, ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa.
Pada 2014, jumlah pengunjung yang tercatat di Blok A Tanah Abang sekitar 60.000 hingga 70.000 orang per hari. Angka ini akan melonjak 120.000 orang menjelang Lebaran Idul Fitri.

Abdullah Mansuri Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan bahwa data terbaru untuk Pasar Tanah Abang adalah pemilik kios di semua blok diperkirakan berjumlah 21.000 pedagang, dengan rincian sebagai berikut :
·         Blok A sekitar 8.000 pedagang
·         Blok B sekitar 5.000 pedagang
·         Blok F sekitar 4.000 pedagang
·         Plaza Metro sekitar 4.000 pedagang
·         PKL diperkirakan berjumlah 1.300 pedagang

Menurut beliau jumlah pengunjung Tanah Abang diperkirakan 178.000 orang per hari berdasarkan data teranyar.

Perputaran Uang Pasar Tanah Abang

Pada tahun 2013, Ade Sudrajat yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan perputaran uang di pasar tekstil dan produk tekstil terbesar di Asia Tenggara ini sangatlah besar. Nilai perdagangan tekstil dan produk tekstil di Tanah Abang di perkirakan mencapai 40% dari total perdagangan tekstil dan produk tekstil nasional. Di tahun 2012 saja nilai perdagangan secara nasional mencapai US$ 7,6 miliar.
Ini berarti perputaran uang dalam bisnis tekstil dan produk tekstil di Tanah Abang tahun 2012 mencapai US$ 3,04 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.

Di Tahun 2018 ini, berdasarkan data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), perputaran uang di Tanah Abang mencapai kurang lebih Rp. 200 miliar per hari. Perhitungan ini menggunakan asumsi ada 20.000 kios yang di perkirakan beromzet Rp. 10 juta per hari. Dalam setahun pedagang di Tanah Abang bisa meraih omzet sekitar Rp. 72 triliun. Omzet yang besar di nilai sangat wajar bagi Pasar Tanah Abang mengingat pengunjung per hari-nya yang sangat besar. Peningkatan omzet yang signifikan biasanya terjadi menjelang Ramadhan. Dan komoditas sandang menjadi yang paling banyak di cari dan memberikan pemasukan terbesar bagi para pedangang di Tanah Abang.

Postingan populer dari blog ini

Kemeja Net TV

Hiasan Kelas Sekolah Dasar dengan Beraneka Ragam Bentuk

Galeri Produk Kaos dan Polo